ASAL USUL TUGU TIGA PUTRI
Tugu Puteri Jepara adalah tugu yang terletak tepat di tengah persimpangan jalan. Monumen ini menggantikan bangunan yang semula berupa Bunderan Air Mancur serta Tugu Adipura yang terletak di bagian selatan. Tugu Tiga Puteri Jepara berbentuk patung tiga tokoh perjuangan wanita dari Kabupaten Jepara yaitu Ratu Shima "Sang Pembeda dengan keadilannya", Ratu Kalinyamat "Sang Srikandi dengan patriotisme" dan RA Kartini "Sang Pencerah dengan pelita ilmu dan pembuka tabir harkat kaum wanita". Pembangunan Tugu Tiga Puteri Jepara tersebut menelan Rp 2,5 miliar[1] lebih dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Jepara 2016. Proyek yang ditangani oleh PT Maha Karya Utama Abadi tersebut dapat rampung pada awal Desember 2016, Tugu ini diresmikan pada hari Kamis tanggal 22 Desember 2016.
Tugu tiga puteri Jepara yang diresmikan pada akhir tahun 2016 silam menjadi salah satu ikon wisata baru di Jepara. Tugu yang terletak di Bundaran Ngabul tersebut merupakan monumen tugu tiga figur perempuan legendaris asal Jepara.
Dalam Tugu tersebut digambarkan tiga wanita tengah melakukan hal yang berbeda. Seorang wanita berdiri tegak mengangkat sebuah benda seperti senjata, seorang yang lain nampak tengah membaca buku, dan seorang lagi nampak tengah memanah.
Mereka adalah Ratu Shima "Sang Pembeda dengan keadilannya", Ratu Kalinyamat "Sang Srikandi dengan patriotisme" dan RA Kartini "Sang Pencerah dengan pelita ilmu dan pembuka tabir harkat kaum wanita".
Adapun filosofi keris atau senjata yang berada ditangan kanan tokoh Ratu Shima yang mengarah keatas sebagai simbol kejujuran dan keadilan. Busur panah di tangan Ratu Kalinyamat sebagai simbol keberanian dan keteguhan prinsip. Adapun buku di tangan RA Kartini sebagai simbol pencerahan menuju kemakmuran.
Selendang yang membentang merupakan simbol rangkaian sejarah perjalanan tiga tokoh dalam memperjuangkan prinsip-prinsipnya untuk mencapai kemakmuran. Relief teratai yang berada di bawah patung tiga tokoh ini sebagai simbol kesucian serta ketulusan dalam mengembangkan keilmuan.
Sedangkan yang paling bawah berbentuk geometris dari segitiga prisma yang dipadukan dengan bentuk organik relief ukiran menghasilkan nilai estetik visual harmonis yang kontras.
Patung dengan tinggi total utuh satu badan sekitar 15 meter ini menghadap sesuai dengan lokasi penting yang berkaitan dengan ketiga Putri tersebut.
Patung Ratu Shima menghadap ke arah Kecamatan Keling yang konon menjadi pusat Kerajaan Kalingga yang ia pimpin, sedangkan patung Ratu Kalinyamat menghadap ke arah Desa Mantingan yang konon menjadi pusat Kerajaan Kalinyamat setelah menikah dengan Raden Toyib atau familiar dengan Sultan Hadirin yang sebelumnya pusat Kerajaan Kalinyamat berada di Kalinyamatan (Kriyan), serta patung Kartini menghadap ke arah Kecamatan Mayong yang merupakan tempat kelahiran pahlawan emansipasi wanita Indonesia ini.
Tokoh RA Kartini dihadirkan sebagai simbol guru bangsa bagi kaum perempuan, Ratu Kalinyamat merepresentasikan kejuangan kaum perempuan, Sedangkan Ratu Shima simbol keadilan seorang pemimpin yang hingga sampai saat ini belum ada tandingnya.
Kawasan patung tiga putri diberlakukan rekayasa lalu lintas. Jalur yang berpusat pada patung tiga tokoh wanita Jepara tersebut hanya diperbolehkan satu jalur, baik yang dari arah Jepara mau ke kudus maupun Semarang atau dari arah Pecangaan menuju arah Jepara.
Lalu lintas dari arah Jepara, untuk kendaraan roda empat berbelok ke kiri melewati Pasar Ngabul Baru. Pembatas jalan dengan warna kombinasi merah dan kuning telah dipasang di sisi utara tugu Tiga Tokoh Wanita Jepara.
Namun disisakan dua meter tetap terbuka untuk lewat sepeda motor. Sementara untuk kendaraan roda empat atau lebih dari arah Pasar Ngabul Baru dilarang melewati Tugu Bundaran Ngabul. Rute yang harus dilewati jalan alternatif ke arah selatan. Rambu-rambu lalu lintas dan petunjuk parkir juga telah terpasang.
Selain itu, menurut Suharto salah satu pengunjung. akibat perubahan jalur lalu lintas membuat pengendara sedikit kesulitan dan berjalan pelan menjadikan sedikit kemacetan di sekitar bundaran saat ini.
"karena berubahnya bundaran ngabul yang dulu jika dari arah kudus menuju ke jepara ambil jalur lurus, sekarang kendaraan yang dari kudus harus memutari tugu tiga putri terlebih dahulu baru memilih jalur arah ke kota. Banyak juga pengendara yang salah ambil jalur ke arah mantingan karena perubahan tugu di bundaran ngabul," Jelasnya.
Tugu Tiga Puteri Jepara tidak hanya berupa bangunan patung saja tetapi juga terdapat taman, pohon, kursi dan rumput hias. Tugu Tiga Puteri Jepara di sore dan malam hari merupakan tempat favorit berwisata bagi masyarakat Jepara dan sekitarnya. Karena ketika malam hari di tugu tiga puteri Jepara terdapat kilauan lampu-lampu yang semakin mempercantik tugu.
Kehadiran tugu tiga puteri membawa manfaat dan keberkahan tersendiri bagi masyarakat sekitar. Selain menjadi tujuan wisata, karena masyarakat bisa mendapatkan hiburan murah dan mudah. Para pedagang kaki lima (PKL) juga dapat mencari tambahan rejeki.
Di sore dan malam hari puluhan PKL berjualan di seputar kawasan tugu. Selain di trotoar, tak sedikit PKL yang membuka lapak di bahu jalan. Kebanyakan dari mereka menjajakan makanan atau kuliner ringan hingga mainan anak-anak.
Animo pengunjung yang tinggi serta menjamurnya keberadaan pedagang kaki lima menjadikan arus lalu lintas sekitar tugu semakin semrawut ditambah dengan aktifitas parkir di sisi bahu jalan. Akibatnya, arus lalu lintas di kawasan tersebut juga mengalami peningkatan kepadatan.
"Keberadaan tugu tiga puteri Jepara membawa keberkahan dan kemajuan yang pesat bagi para pedagang. Tetapi keberadaan pengunjung yang ramai dan parkir sembarang mengganggu para pengguna lalu lintas" kata Purwadi, salah satu pedagang kaki lima.
Dalam Tugu tersebut digambarkan tiga wanita tengah melakukan hal yang berbeda. Seorang wanita berdiri tegak mengangkat sebuah benda seperti senjata, seorang yang lain nampak tengah membaca buku, dan seorang lagi nampak tengah memanah.
Mereka adalah Ratu Shima "Sang Pembeda dengan keadilannya", Ratu Kalinyamat "Sang Srikandi dengan patriotisme" dan RA Kartini "Sang Pencerah dengan pelita ilmu dan pembuka tabir harkat kaum wanita".
Adapun filosofi keris atau senjata yang berada ditangan kanan tokoh Ratu Shima yang mengarah keatas sebagai simbol kejujuran dan keadilan. Busur panah di tangan Ratu Kalinyamat sebagai simbol keberanian dan keteguhan prinsip. Adapun buku di tangan RA Kartini sebagai simbol pencerahan menuju kemakmuran.
Selendang yang membentang merupakan simbol rangkaian sejarah perjalanan tiga tokoh dalam memperjuangkan prinsip-prinsipnya untuk mencapai kemakmuran. Relief teratai yang berada di bawah patung tiga tokoh ini sebagai simbol kesucian serta ketulusan dalam mengembangkan keilmuan.
Sedangkan yang paling bawah berbentuk geometris dari segitiga prisma yang dipadukan dengan bentuk organik relief ukiran menghasilkan nilai estetik visual harmonis yang kontras.
Patung dengan tinggi total utuh satu badan sekitar 15 meter ini menghadap sesuai dengan lokasi penting yang berkaitan dengan ketiga Putri tersebut.
Patung Ratu Shima menghadap ke arah Kecamatan Keling yang konon menjadi pusat Kerajaan Kalingga yang ia pimpin, sedangkan patung Ratu Kalinyamat menghadap ke arah Desa Mantingan yang konon menjadi pusat Kerajaan Kalinyamat setelah menikah dengan Raden Toyib atau familiar dengan Sultan Hadirin yang sebelumnya pusat Kerajaan Kalinyamat berada di Kalinyamatan (Kriyan), serta patung Kartini menghadap ke arah Kecamatan Mayong yang merupakan tempat kelahiran pahlawan emansipasi wanita Indonesia ini.
Tokoh RA Kartini dihadirkan sebagai simbol guru bangsa bagi kaum perempuan, Ratu Kalinyamat merepresentasikan kejuangan kaum perempuan, Sedangkan Ratu Shima simbol keadilan seorang pemimpin yang hingga sampai saat ini belum ada tandingnya.
Kawasan patung tiga putri diberlakukan rekayasa lalu lintas. Jalur yang berpusat pada patung tiga tokoh wanita Jepara tersebut hanya diperbolehkan satu jalur, baik yang dari arah Jepara mau ke kudus maupun Semarang atau dari arah Pecangaan menuju arah Jepara.
Lalu lintas dari arah Jepara, untuk kendaraan roda empat berbelok ke kiri melewati Pasar Ngabul Baru. Pembatas jalan dengan warna kombinasi merah dan kuning telah dipasang di sisi utara tugu Tiga Tokoh Wanita Jepara.
Namun disisakan dua meter tetap terbuka untuk lewat sepeda motor. Sementara untuk kendaraan roda empat atau lebih dari arah Pasar Ngabul Baru dilarang melewati Tugu Bundaran Ngabul. Rute yang harus dilewati jalan alternatif ke arah selatan. Rambu-rambu lalu lintas dan petunjuk parkir juga telah terpasang.
Selain itu, menurut Suharto salah satu pengunjung. akibat perubahan jalur lalu lintas membuat pengendara sedikit kesulitan dan berjalan pelan menjadikan sedikit kemacetan di sekitar bundaran saat ini.
"karena berubahnya bundaran ngabul yang dulu jika dari arah kudus menuju ke jepara ambil jalur lurus, sekarang kendaraan yang dari kudus harus memutari tugu tiga putri terlebih dahulu baru memilih jalur arah ke kota. Banyak juga pengendara yang salah ambil jalur ke arah mantingan karena perubahan tugu di bundaran ngabul," Jelasnya.
Tugu Tiga Puteri Jepara tidak hanya berupa bangunan patung saja tetapi juga terdapat taman, pohon, kursi dan rumput hias. Tugu Tiga Puteri Jepara di sore dan malam hari merupakan tempat favorit berwisata bagi masyarakat Jepara dan sekitarnya. Karena ketika malam hari di tugu tiga puteri Jepara terdapat kilauan lampu-lampu yang semakin mempercantik tugu.
Kehadiran tugu tiga puteri membawa manfaat dan keberkahan tersendiri bagi masyarakat sekitar. Selain menjadi tujuan wisata, karena masyarakat bisa mendapatkan hiburan murah dan mudah. Para pedagang kaki lima (PKL) juga dapat mencari tambahan rejeki.
Di sore dan malam hari puluhan PKL berjualan di seputar kawasan tugu. Selain di trotoar, tak sedikit PKL yang membuka lapak di bahu jalan. Kebanyakan dari mereka menjajakan makanan atau kuliner ringan hingga mainan anak-anak.
Animo pengunjung yang tinggi serta menjamurnya keberadaan pedagang kaki lima menjadikan arus lalu lintas sekitar tugu semakin semrawut ditambah dengan aktifitas parkir di sisi bahu jalan. Akibatnya, arus lalu lintas di kawasan tersebut juga mengalami peningkatan kepadatan.
"Keberadaan tugu tiga puteri Jepara membawa keberkahan dan kemajuan yang pesat bagi para pedagang. Tetapi keberadaan pengunjung yang ramai dan parkir sembarang mengganggu para pengguna lalu lintas" kata Purwadi, salah satu pedagang kaki lima.
Demikian artikel tentang asal usul tugu tiga putri, semoga bisa memahami. ✌
Komentar
Posting Komentar